A. GEOGRAFIS
DAN BATAS WILAYAH
1. Letak
Giografis
Propinsi sulawesi tenggara terletak di
jazirah Tenggara pulau Sulawesi, secara geografis terletak di bagian selatan garis
khatulistiwa, memanjang dari Utara ke Selatan diantara 30-60 lintang Selatan dan
membentang dari Barat ke Timur diantara 1200 45 – 1240 30
Bujur Timur. Propinsi Sulawesi Tenggara di sebelah Utara berbatasan dengan Propinsi
Sulawesi Selatan dan Propinsi Sulawesi Tengah, di seblah Selatan berbatasan dengan
Propinsi NTT dan laut Flores, sebelah Barat berbatasan
dengan Propinsi Sulawesi Selatan dan Teluk Bone.
2. Luas
Wilayah
Propinsi Sulawesi
Tenggara mencakup daratan (jazirah) pulau Sulawesi
dan kepulauan, yang memiliki wilayah daratan seluas 38.140 KM2 Ha dan wilayah
perairan (laut) diperkirakan seluas 110.000 KM2 Ha.
Secara
administrative propinsi sulawesi tenggara terdiri atas 12 wilayah Kabupaten /
Kota yaitu : Kabupaten Buton, Kabupaten Muna, Kabupaten Konawe, Kabupaten
Konawe Selatan, Kabupaten Bombana, Kabupaten Kolaka, Kabupaten Kolaka Utara, Kabupaten
Wakatobi, Kota Kendari dan Kota Bau-Bau, Kabupaten Konawe Utara dan Kabupaten
Buton Utara. Luas wilayah untuk masing-masing Kabupaten tersebut adlah sebagai
berikut :
ü
Kabupaten
Buton ± 2.681,22 KM2
ü
Kabupaten
muna ± 2.745,05 KM2
ü
Kabupaten
Konawe ± 5.302,86 KM2
ü
Kabupaten
konawe selatan ± 5.779,47 KM2
ü
Kabupaten
Bombana ± 3.391,67 KM2
ü
Kabupaten
kolaka utara ± 3.001 KM2
ü
Kabupaten
Wakatobi ± 559.54 KM2
ü
Kabupaten
Kolaka ± 6.918,33 KM2
ü
Kabupaten
Konawe utara ± 3.391,67 KM2
ü
Kabupaten
Buton Utara ± 1.864,91
ü
Kota Kendari ± 300,89 KM2
ü
Kota Bau-Bau ± 221 KM2S
3. Geologis
Kondisi batuan wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara ditinjau dari
sudut geologis, terdiri atas batuan sedimen,batuan metamorfosis dan batuan
beku. Dari ketiga jenis batuan tersebut yang terluas adalah batuan sedimen seluas
2.878.790 ha (75,47 persen).
Dari jenis tanah, Provinsi
Sulawesi Tenggara memiliki enam jenis tanah, yaitu tanah podzolik seluas
2.394.698 ha atau 62,79 persen dari luas tanah Sulawesi Tenggara, tanah
mediteran seluas 839.078 ha (22,00 persen), tanah organosol seluas 111.923 ha
(2,93 persen),jenis tanah alluvial seluas 117.830 ha (3,03 persen).
4. Perairan (Sungai dan Laut)
Provinsi Sulawesi Tenggara
memiliki beberapa sungai yang tersebar di empat kabupaten. Sungai-sungai
tersebut pada umumnya memiliki potensi yang dapat dijadikan sebagai sumber
energi, untuk kebutuhan industri dan rumah tangga dan juga untuk irigasi.
Sungai besar seperti Sungai
Konaweha yang terletak di Kabupaten Kendari memiliki debit air ± 200 m3/detik,
dan berdiri sebuah bendungan Wawotobi yang mampu mengairi persawahan di daerah
Kabupaten Kendari seluas 18.000 ha. Selain itu masih banyak pembangunan dan
pengembangan irigasi seperti Sungai Lasolo di Kabupaten Konawe,Sungai Roraya
dan Sungai Sampolawa di Kabupaten Bombana (Kecamatan Rumbia, Poleang dan
sampolawa),Sungai Wandasa dan sungai kabangka Balano di kabupaten Muna,serta
sungai Laeya di Kabupaten Kolaka
5. Oceeanografi
Provinsi Sulawesi Tenggara dari sudut oceeanografi
memiliki perairan (laut)yang sangat luas . Luas perairan profvinsi Sulawesi
tenggara di perkirakan mencapai 110.000 km atau 11.000.000 ha .
Perairan tersebut sangat potensial untuk pengembamgan
usaha perikanan dan pengembangan Wisata Bahari,karena di samping memiliki
bermacam-macam hasil ikan,memiliki panorama laut yang sangat indah.
Beberapa jenis ikan hasil perairan laut Sulawsi Tenggara
yang banyak di tangkap
oleh nelayan di daerah ini adalah : Cakalang, Teri, Layang, Kembung, Udang, dan
masih banyak lagi jenis ikan yang lain. Disamping ikan ,juga terdapat hasil
laut lainnya seperti :Teripang, Agar - agar, Japing - japing, Lola, Mutiara dan
sebagainya.
Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh ahli kelautan
Indonesia dan Luar negeri menunjukan bahwa Buton Timur (Kepulauwan tukang
besi)memiliki potensi perairan untuk Wisata Bahari yang sangat indah bila di
bandingkan dengan daerah-daerah Wisata Bahari lainnya di Indonesia.
6. Musim
Keadaan musim di Daerah Provinsi
Sulawesi Tenggara,umumnya sama seperti di di daerah-daerah lainnya di Indonesia
yang mempunyai dua musim,yakni musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan
terjadi antara bulan November dan Maret,di mana angin barat yang bertiup dari
asia dan samudra pasifik banyak mengandung uap air.Musim kemarau terjadi antara
Bulan Mei dan Oktober, dimana angin Timur yang bertiup dari Australia sifatnya
kering dan tidak mengandung uap air.
Khusus
pada bulan April, di Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara arah angin tidak
menentu, demikian pula curah hujan, sehingga pada bulan ini di kenal sebagai
bulan /musim pancaroba.
7. Curah hujan
Curah hujan di Wilayah ini umumnya
tidak merata hal ini menimbulkan adanya wilayah daerah basah dan wilayah daerah
semi kering.Wilayah daerah basah mempunyai curah hujan lebih dari 2.000 mm
pertahun,daerah ini meliputi wilayah sebelah Utara garis Kendari – Kolaka dan
bagian Utara Pulau Buton dan Pulau Wawonii.Sedangkan daerah semi kering
mempunyai curah hujan dari 2.000 mm pertahun, daerah ini meliputi wilayah sebelah
Selatan garis Kendari-Kolaka dan wilayah kepulauan di sebelah selatan dan
Tenggra jazirah Sulawesi Tenggara.
8. Suhu Udara
Tinggi rendahnya suhu udara pada
suatu tempat antara lain di pengaruhi oleh posisi dan ketinggian tempat
tersebut dari permukaan laut,makin tinggi posisi suatu tempat dari permukaan
laut akan semakin rendah suhu udara dan sebaliknya. Karena wilayah daratan
Sulawesi Tenggara mempunyai ketinggian umumnya di bawah 1.000 meter dari
permukaan laut dan berada di sekitar daerah Khatulistiwa,maka Provinsi ini
beriklim tropis.
B. PENDUDUK
DAN TENAGA KERJA
1.1.
Jumlah dan laju Pertumbuhan Penduduk
Tahun
1980 jumlah penduduk sulawesi tenggara sekitar 942.302 jiwa, pada tahun 1990
meningkat menjadi 1.349,619 jiwa. Berdasarkan hasil pencatatan terakhir melalui
survey ekonomi nasional (Susenas) BPS 2007, penduduk Sulawesi Tenggara adalah
2.001,818 jiwa. Dengan demikian laju petumbuhan penduduk sulawesi tenggara pada
kurun waktu 1990-2000 adalah 2.79 persen pertahun dan pada kurun waktu tahun
2000 – 2007 menjadi 1,48 %.
1.2.
Persebaran Penduduk
Jumlah Penduduk
Sulawesi Tenggara tahun 2007 sebanyak
2.031.532 jiwa tercatat Kabupaten Kolaka ± 278.829 jiwa, Kabupaten Konawe ± 224.345jiwa,
Kabupaten Muna ± 243.397 jiwa, Kabupaten Buton ± 275.666 jiwa, Kabupaten Konawe
Selatan ± 237.918jiwa, Kabupaten Kolaka Utara ± 94.497 jiwa, Kabupaten Wakatobi
± 99.492 jiwa, Kabupaten Bombana ± 108.231 jiwa, Kabupaten Kendari ± 251.477 jiwa,
Kabupaten Bau-Bau ± 124.609 jiwa, Kabupaten Buton Utara ± 48.184 jiwa, Kabupaten
Konawe Utara ± 44.887 jiwa.
1.3.
Angkatan Kerja
Gambaran
keadaan tenaga kerja (angkatan kerja dan bukan angkatan kerja) di Sulawesi
Tenggara terlihat bahwa jumlah usia kerja pada tahun 2006 sebanyak 1.388.310 orang,
kemudian meningkat menjadi 1.417.235orang pada tahun 2007, dengan demikian terjadi kenaikan sebesar 2,08 persen. Dari
jumlah penduduk usia kerja pada tahun 2007 tersebut, terdapat 955.463 orang merupakan
angkatan tenaga kerja yang terdiri dari 93,60 persen bekerja dan 6,40 persen
merupakan pencari kerja ( pengangguran
terbuka). Sementara yang tergolong bukan angkatan kerja sebanyak 461.472 orang atau
sekitar 32,56 persen dari total penduduk usia kerja.
Tingkat
partisipasi angkatan kerja (TPAK) menuruut jenis kelamin menunjukkan bahwa TPAK
laki-laki jauh lebih tinggi 31.691 orang dari TPAK wanita 20.010. TPAK tahun
2006 secara keseluruhan mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2007. Ditinjau
dari lapangan kerja utama penduduk Sulawesi Tenggara terlihat bahwa sector
pertanian paling banyak menyerap tenaga kerja. Dari jumlah 894.601 orang dengan status bekerja, 57,25 persen
bekerja di sektor pertanian. Sector lain yang cukup besar menyerap tenaga kerja
adalah sektor perdagangan dan sektor jasa.
C. PEMERINTAHAN
Wilayah
administrasi Pemerintah Propinsi Sulawesi Tenggara dengan ibukota Kendari terdiri
delapan Kabupaten dan dua kota.
Pemerintah Propinsi Sulawesi Tenggara dari tahun ke tahun melakukan pemekaran
wilayah Kecamatan dan Desa / Kelurahan pada masing-masing Kabupaten / Kota.
Tahun 2008
wilayah Propinsi Sulawesi Tenggara di bagi kedalam 187 kecamatan yang membawahi
1.908 desa/UPT/kelurahan, dengan rincian sebagai berikut :
a.
Daerah
Kabupaten Buton
Wilayah Administrasi
Pemerintah Daerah Kabupaten Buton dengan ibukota Pasar Wajo terdiri atas 24 Kecamatan
dan 179 Desa dan 29 Kelurahan.
b.
Daerah
Kabupaten Muna
Wilayah Administrasi
Pemerintah Daerah Kabupaten Muna dengan ibukota Raha terdiri atas 23 kecamatan
dan 237 desa dan 29 kelurahan
c.
Daerah
Kabupaten Kendari (Konawe)
Wilayah Administrasi
Pemerintah Daerah Kabupaten Konawe dengan ibukota Unaaha dibagi mejadi 26
kecamatan dan 240 desa dan 55 kelurahan.
d.
Daerah
Kabupaten Kolaka
Wilayah Administrasi
Pemerintah Daerah Kabupaten Kolaka dengan ibukota kolaka dibagi 20 kecamatan
dan 168 desa dan 45 kelurahan.
e.
Daerah
Kabupaten Buton Utara
Wilayah Administrasi
Pemerintah Daerah Kabupaten Buton Utara dengan ibu kota Buton
dibai 6 kecamatan dan 50 desa dan 7 kelurahan.
f.
Daerah
Kabupaten Konawe Utara
Wilayah Administrasi
Kabupaten Konawe Utara di bagi 7 kecamatan, 96 desa dan 7 kelurahan
g.
Daerah
Kota Kendari
Wilayah Administrasi
Pemerintah Daerah Kota Kendari dengan ibukota Kendari terdiri atas 10 kecamatan
dibagi 64 kelurahan.
h.
Daerah
Kota Bau-Bau
Wilayah Administrasi
Pemerintah Daerah Bau-Bau dengan ibukota Bau-Bau yang terdiri atas 7 kecamatan
dibagi menjadi 41 kelurahan
i.
Kabupaten
Konawe Selatan
Wilayah Adminisrasi
Pemerintah Daerah Kab. Konawe Selatan dengan ibukota andoolo yang terdiri dari 22
kecamatan dibagi menjadi 293 desa 10 kelurahan
j.
Daerah
Kabupaten Bombana
Wilayah Administrasi
Pemerintah Daerah Kab. Bombana dengan ibukota Rumbia terdiri dari 22 kecamatan
dibagi menjadi 119 desa dan 22 kelurahan
k.
Daerah
Kabupaten Kolaka Utara
Wilayah Administrasi
Pemerintah Daerah Kabupaten Kolaka Utara dengan ibukota Lasusua yang terdiri
dari 15 kecamatan dibagi menjadi 111 desa dan 6 kelurahan
l.
Daerah
kabupaten wakatobi
Wilayah administrasi
pemerintah Daerah kabupaten wakatobi dengan ibukotanya wanci terdiri dari 8
kecamatan dibagi menjadi 75 desa dan 25 kelurahan
D. SEJARAH
SINGKAT TERBENTUKNYA PROVINSI SULAWESI TENGGARA
- Sebelum zaman Pemerintahan Hindia belanda dahulu, Di Sulawesi Tenggara sudah terdapat kerajaan-kerajaan merdeka yang terdiri dari :
a)
Kerajaan
Konawe dan Kerajaan Mekongga
b)
Kerajaan
Wolio dan Kerajaan Muna di Kepulauan Buton
masing-masing terletak
dijazirah Tenggara pulau Sulawesi Tenggara. Kerajaan - Kerajaan tersebut selama
Pemeintahan Hindia Belanda berkuasa di Sulawesi Tenggara masih tetap ada sampai
zaman Kemerdekaan RI dan berakhir secara dejureh pada tahun
1960 berdasarkan undang-undang Nomor. 29 Tahun 1959 pada tahun 1940 Kerajaan
Laiwoi (Konawe) dan Kesultanan Buton (minus Wilayah hadat mekongga) pada waktu
itu termasuk Kerajaan Luwuk dibentuk sebagai salah satu daerah administratif
yang disebut afdeling Buton dan Laiwoi ditetapkan oleh Gubernur Timur Besar (gouverneur
van groote osst) tanggal 24 februari 1940 nomor 21 tahun 1940.
Berdasarkan Penetapan Gubernur
Timur Besar tersebut, maka Sulawesi Selatan dibagi dalam 7 (tujuh) afdeling dan
salah satu diantaranya adalah afdeling Buton dan Laiwoi ibukota Bau-Bau ketika
onder afdeling tersebut dikepalai oleh seorang kontoleur Belanda, berakhir
sampai fase pendudukan Jepang pada tahun 1942 sampai dengan 1945.
- Masa Kemerdekaan Indonesia
Pada tahun 1948 afdeling Buton dan Laiwoi
dipindahkan kembali dari Kendari ke Bau-Bau dibawah kekuasaan Pemerintahan
Hadat Se-Sulawesi Selatan dengan pucuk pemerintahan collegial (hadat tinggi)
kemudian berubah menjadi Pemerintah Daerah Sulawesi Selatan lengkap dengan Dewan
Pemerintahannya dan akhirnya dilikuidasi, dan tugas-tugasnya dikembalikan
kepada Gubernur Sulawesi.
Tugas kontroleur pada bekas – bekas
onder afdeling Daerah Sulawesi Tenggara dijalankan oleh pejabat pamong praja
yang disebut Kepala Pemerintah Negeri (KPN) dan wilayah-wilayah onder afdeling
disebut kewedanan.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor
: 34 tahun 1922, Daerah Sulawesi Selatan dibubarkan dan dibentuk 7 daerah swuantantra
yang berhak mengurus rumah tangganya sendiri dan salah satu diantaranya adalah Daerah
Sulawesi Tenggara ibukotanya Bau-Bau. Daerah Swatantra Sulawesi Tenggara sebagai
daerah otonom tingkat dua wilayah meliputi onder afdeling Buton, Muna, Kendari dan
Kolaka dengan mempunyai DPRS 23 orang yang disebut Dewan Perwakilan Sementara.
- Proses Pembentukan
Rakyat Sulawesi Tenggara menyadari
bahwa untuk untuk kelancaran jalannya roda pemerintahan dan pelaksanaan
Pembangunan Daerah guna untuk mencapai tujuan
pembangunan yaitu masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945 mangalami hambatan jika ibu kota Provinsi berada di Makassar mengingat
jarak terlalu jauh, hubungan kurang lanjar bahkan terputus sama sekali, alat –
alat transportasi masih sangat kurangan bahkan hubungan antara 4 ( empat )
Kabupaten dalam lingkungan Sulawesi Tenggara sukar dilakukan, disamping
farto keamanan belum
terjamin.
Kegiatan – kegiatan yang dilakukan
Tokoh – Tokoh masyarakat memperjuangkan di bentuknya Sulawesi Tenggara menjadi satu Provinsi
adalah sebagai berikut :
a)
Perjuangan
awal pembentukan Provinsi dimulai oleh persatuan masyarakat Indonesia Sulawesi
Tenggara ( Permaist ) tahun 1950 yang diketua oleh Yakup Silondae dengan mengkondisikan
adanya suatu daerah jazirah Sulawesi
Tenggara yang senasib sepenanggungan baik dalam pendidikan, pembangunan,
pemerintahan dan sebagainya, jadi memupuk rasa persaudaraan dari suatu daerah
tersendiri atau suatu geografi yang mengikat masyarakat tersebut ( Afdeling
Buton dan Laiwoi ditambah Onder Afdeling Kolaka )
b)
Semangat
permais diterusakan sampai ketika RI akan mengadakan pemilihan umum tahun 1955
dan memperjuangkan agar Sulawesi Tenggara
menjadi suatu daerah pemilihan terpisah dari Sulawesi Selatan, bahkan
menjadi setingkat. Panitia pemilihan menyetujui dan terbentuklah dewan
pemilihan Sulawesi Tenggara tersendiri setingkat Sulawesi Selatan sehingga
mempunyai wakil - wakil tesendiri. Ini embrio pertama terpisahnya Sulawesi
Tenggara dari Sulawesi Selatan secara politis dan konstitusional
c)
Pada
tanggal 17 pebruari 1957 dilakukan pertemuan antara pemuka masyarakat dari Buton.
Muna, Kolaka, Bungku / Mori dan Luwuk Banggai bertempat diruang belajar MP (
Gedung SMA Negeri ) jalan umum Bawakaraeng No. 39 Makassar dan dicapai
kesepakatan yaitu :
-
Membentuk
Badan Pemerintah Daerah Tingkat I yang meliputi wilayah - wilayah Sulawesi Tenggara,
Bungku/Mori dan Luwuk Banggai dengan nama badan penuntut Provinsi Sulawesi
Timur yang diketuai oleh saudara Ngitung dari Luwuk Banggai
-
Menetapkan
cara garis besar tuntutan yang diajukan kepada pemerintah yang dilengkapi
dengan bahan - bahan yang diperlukan.
-
Memberi
tugas kepada badan tersebut untuk menampung dan mengkoordinir tututan dan
kegiatan yang dilakukan di daerah – daerah dan memberikan mandat kepada badan
tersebut untuk menyampaikan tuntutan pembentukan Provinsi dimaksud kepada
pemerintah baik dengan jalan perundingan maupun secara tertulis. Badan ini pada
bulan pebruari 1957 menyampaikan tuntutannya kepada menteri antara daerah RI (
F.lombangtobing ) dalam pertemuan khusus diruang rapat gubernur sulawesi di Makassar ( Gubernur Sulawesi saat itu dijabat oleh Andi
Pangerang Pettarani ). Menteri Antar Daerah RI menjelaskan bahwa pembentukan
Provinsi Timur masih dilakukan proses lebih lanjut.
d)
Pada
tanggal 22 Oktober 1958, diutus pula
Delegasi Sulawesi Tenggara yang di tugaskan menyampaikan tuntutan realisasi Resident coordinator Sulawesi
Tenggara Sesuai Surat Keputusan Menteri
dalam Negeri No 20/2/9 tangggal 20 Februari 1958, serta tuntutan pembentukan Provinsi Sulawesi Timur.
Delegasi menemui Menteri Dalam Negeri diruang kerjanya yang dijabat oleh Sanusi
Harja Dinata menugaskan sebagai berikut :
a.
Realisasi
Residen Koordinasi Sulawesi Tenggara saat itu dijabat La Ode Manarfa. Persoalan yang
masih harus diselesaikan adalah penetapan Residen Koordinator masih menunggu pendapat atau usulan dari Gubernur Sulawesi.
b.
Pada
bulan September 1959 diadakan musyawarah Pimpinan Pemerintah Swapraja dan tokoh-tokoh
masyarakat se Sulawesi Tenggara bertempat
di sekolah Tionghoa jalan RE. Martadinata Kendari. Musyawarah tersebut
berhasil mengeluarkan pernyataan
menuntut realisasi Residen
Koordinator Sulawesi
Tenggara serta membentuk Provinsi Sulawesi Timur ( minus Luwuk banggai ) dan tim
musyawarah memberikan mandat kepada Anggota MPRS asal Sulawesi Tenggara masing-masing :
1)
Edy
Sabara
2)
Yakub
Silondae
Yang
dibantu oleh tokoh-tokoh masyarakat antara lain :
1)
La
Ode Hadi
2)
Ahmad
Syaifuddin
3)
Drs.
La Ode Manarfa.
Untuk memperjuangkan di Lembaga
Tertinggi Negara ( MPR) dan
kepada Pemerintah Pusat.
-
Hasilnya
keluarlah Tap. MPRS Nomor : XI/MPRS/1960 menetapkan bahwa Sulawesi
di bagi menjadi 4 ( empat ) Daerah Tingkat 1 yang memberikan landasan kuat untuk melanjutkan perjuangan.
-
Selanjutnya
Tap. MPRS tersebut disosialisasikan oleh Yakub Silondae dan tokoh-tokoh
masyarakat lainnya sampai pada tanggal 11 Juni 1963 se - Sulawesi Tenggara bertempat
pada Eks. Istana Raja Kendari jalan Jenderal Panjaitan Kendari dengan mengeluarakan
keputusan sebagai berikut :
a)
Menuntut
segera dilaksanakan realisasi pembentukan Daerah Tingkat I Sulawesi Tenggara sesuai
Ketetapan MPRS No. XI/MPRS/1960.
o
Tuntutan
membentuk sulawesi timur, menteri menyatakan akan mengajukan kepada kabinet dan
bila di setujui baru di persiapkan penyelesaian rancangan undang-undang
pembentukannya.
o
Selanjutnya
dimintakan persetujuan DPR RI untuk ditetapkan menjadi undang-undang.
Delegasi dari
pemuka-pemuka masyarakat tersebut adalah pejabat-pejabat atau pegawai
– pegawai negeri dengan susunan keanggotaan sebagai berikut :
1.
La
Ode Sabora Kepala Jawatan Penerangan Kabupaten, selaku Ketua
2.
La
Ode Abd. Azis Kepala Distrik Wangi-Wangi, selaku Anggota
3.
La
Ode Muslim Kepala Perikanan Laut, selaku Anggota
4.
La
Muhammad Kepala Bagian Kepala Politik Kabupaten selaku Anggota
5.
La
Ode Malim Pegawai Departemen Dalam Negeri selaku Anggota
Sebelum menemui Menteri
Dalam Negeri delegasi ini terlebih dahulu mengadakan pertemuan dan pendapat suport
dari tokoh-tokoh masyarakat Sulawesi Tenggara yang berada di Jakarta.
Pada tanggal 21 oktober
1958 Saudara La Ode Sabora dan La Ode Abd. Azis mengunjungi Dewan
Nasional dan diterima oleh J.K. Tumakaka yang
kebetulan berasal dari Bungku / Mori dan beliau memberikan dukungan dan turut
menyetujui, hanya tersirat dalam penjelasan bahwa ditinjau secara psikologis
distrik Bungku / Mori lebih baik tetap dalam Wilayah Sulawesi Tengah
b)
Mempersiapkan
bahan-bahan perjuangan yang dilengkapi dengan data-data, kemampuan potensi dan
keadaan daerah yang akan disampaikan kepada pemerintah.
c)
Membentuk
delegasi Sulawesi Tenggara yang diberi mandate menyampaikan tuntutan kepada Pemerintah.
Pada bulan Agustus 1963 delegasi yang diberi mandat menyampaikan tuntutan yang
diberi mandat menyampaikan tuntutan yang dimaksud kepada pemerintah yaitu :
1.
Kolonel
Edy Sabara Selaku Pendamping
2.
Drs.
Abd. Silondae Selaku Ketua
3.
La
Ode Abd. Halim Selaku Wakil Ketua
4.
Sikala
Pidani Selaku Anggota
5.
La
Ode Muh. Arsyad Selaku Anggota
6.
Muh.
Said Selaku Anggota
7.
La
Tobulu Selaku
Anggota
8.
A.
Muharram Selaku Anggota
9.
Abd.
Majid Selaku Anggota
10. La Ode Rasyid Selaku Anggota Tambahan (ditunjuk oleh delegasi)
11. La Ode Abd. Azis Selaku Sekretaris
Berangkat dari Kendari ke Makassar melaporkan penugasannya kepada Gubernur Sulawesi
Selatan Tenggara. A.A.Rifai dan Panglima Kodam XIV Hasanuddin, Kolonel M. Yusuf
berangkat ke Jakarta.
Pada tanggal 21 Agustus 1963 Delegasi diterima oleh
Menteri Dalam Negeri IPIK GANDAMANA di dampingi oleh ENI Karim Pembantu Mentri Dalam Negeri Bidang Pemerintahan
Umum dan J. Wayong Pembantu Menteri Dalam Negeri Bidang
Otonomi Daerah bertempat di ruang kerjanya. Dalam pertemuan
tersebut Delegasi menuntut agar
pembentukan Daerah Sulawesi Tenggara dapat dilakukan selambat-lambatnya 1 Januari 1964.
Tuntutan tersebut mendapat tanggapan dari
Menteri Dalam Negeri dengan memberikan
penjelasan bahwa rancangan Undang-Undang pembentukan Daerah Tingkat I dimaksud telah
disiapkan oleh Departemen Dalam Negeri dan untuk merampungkannya perlu
ditegaskan batas-batas Wilayah dan ibukotanya. Delegasi menyatakan, bahwa batas
daerah disesuaikan dengan batas wilayah Presiden Koordinator Sulawesi Tenggara,
sedangkan ibukota belum diambil residen. Oleh karena itu Menteri Dalam Negeri meminta
agar delegasi kembali mengadakan musyawarah guna menetapkan kedudukan ibukota karena
didalam Undang-Undang harus dicantumkan.
Setelah delegasi memusyawarahkan, maka
pada hari sabtu tanggal 24 Agustus 1963 delegasi kembali menghadap Menteri
Dalam Negeri dirumah kediamannya dengan menyampaikan bahwa sesuai hasil
musyawarah delegasi Kota Kendari diusulkan sebagai ibukota Daerah Tingkat I
Sulawesi Tenggara. Pada kesempatan ini Menteri Dalam Negeri menegaskan kepada
delegasi bahwa dalam waktu dekat sudah dapat mengajukan rancangan Undang-Undang
pembentukan daerah tingkat dalam sidang kabinet yang selanjutnya akan
diteruskan pada DPRGR RI.
Dalam suasana berlangsungnya tuntutan
rakyat untuk membentuk Daerah Tingkat I terdapat pula kebijakan pemerintah
merealisasikan Residen koordinator Sulawesi Tenggara kepada Bupati Malajong
Daeng Lawang bertempat dikantor Residen Koordinator Sulawesi Tenggara di Makassar
pada tanggal 21 Juni 1960. selanjutnya kantor residen koordinasi Sulawesi
Tenggara bertempat di Kendari.
Pejabat Residen Koordinator Sulawesi
Tenggara Malajong DG Lawang menyerahkan tugas jabatannya kepada Bupati Konggoasa selaku pelaksana Residen Koordinator.
Atas perjuangan maksimal tokoh-tokoh
masyarakat Sulawesi Tenggara akhirnya Daerah Tingkat I Sulawesi Tenggara terbentuk
berdasarkan Perpu Nomor 2 Tahun 1964 Jo. Undang – Undang Nomor. 13 Tahun 1964 tanggal
23 September 1964.
Berdasarkan Undang-Undang tersebut
diatas, maka Gubernur Sulawesi Selatan Tenggara Kol. A.A.Rifai menyerahkan Pimpinan
Daerah Tingkat I Sulawesi Tenggara kepada pejabat Gubernur J.wayong pada
tanggal 27 April 1964 bertempat digedung Wekoila Kendari.
Peristiwa bersejarah ini diabadikan
dan ditetapkan sebagai hari lahirnya Propinsi Sulawesi Tenggara. Sejak
pembentukan Daerah Sulawesi Tenggara Tahun 1964 hingga Tahun 2004 telah terjadi
penggantian Pimpinan Pemerintahan yaitu :
1.
J.
wayong 1964-1965
2.
La
Ode Hadi 1965-1966
3.
Kol.H.
Edy Sabara 1967-1972 (priode 1)
1972-1977
(priode II)
1977-1978
(karateker)
4.
Drs.
H. Abd. Silondae 1978-1981
5.
Maijen.
H. Edy Sabara 1981-1982 (karateker)
6.
Ir.
H. Alala 1982-1987
(priode I)
1987-1991
(priode II)
7.
Drs.
H. La Ode Kaimuddin 1992-1997
(priode I)
1997-2003 (priode II)
8.
Ali
Mazi, SH 2003-2008
9.
H.
Nur Alam, SE 2008-sekarang
Demikian sejarah singkat terbentuknya Propinsi
Sulawesi Tenggara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar